A.A. Mapparesa; Ketapang adalah Mercusuar Nusantara

teks foto
OPERA : Opera perjuangan Gusti Tentemak, Uti Usman dan Panglima Bajir dalam peristiwa Perang Kedang ditampilkan pada pembukaan napak tilas di Pendopo Bupati Ketapang, Sabtu (21/10) malam.

KETAPANG, MENITNEWS.id – Ribuan warga memadati lokasi pembukaan napak tilas 2023 di Balai Sungai Kedang, Kompleks Pendopo Bupati Ketapang, Sabtu (21/10) malam. Selain menyaksikan hiburan yang ditampilkan sebelum pembukaan, warga dapat melihat stan pameran yang berada di sisi kiri dan kanan lokasi lapangan. Begitu juga stan UMKM yang tertata dengan baik di lapangan.

Selain hiburan musik, penampilan seni tari, yakni Tari Pasundan juga disuguhkan saat menyambut kedatangan rombongan Bupati Ketapang bersama tamu VVIP. Tak kalah penting dalam malam pembukaan ditampilkan opera perjuangan Gusti Tentemak, Uti Usman dan Panglima Bajir dalam peristiwa perang Kedang. Satu jam 20 menit opera ini berlangsung menjadi warga semakin memahami perjuangan sejarah.

Ketua Umum Panitia Napak Tilas, Gusti Kamboja, mengatakan perhelatan napak tilas perjuangan, pembangunan dan budaya Kabupaten Ketapang tahun 2023 merupakan implementasi dari rencana pembangunan menengah daerah yang terintegrasi sebagai bentuk komitmen pemerintah daerah Ketapang untuk tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB/SDGs).

“Dalam agenda napak tilas tahun 2023 ini, Pemerintah Kabupaten Ketapang setidaknya berupaya untuk mengakselerasi pilar pembangunan sosial budaya, pilar pembangunan ekonomi dan pilar pembangunan lingkungan dalam SDGs yang dilakukan secara kolaborasi dengan pelibatan seluruh pemangku kepentingan yaitu pemerintah, parlemen, filantropi, pelaku usaha,akademisi, organisasi kemasyarakatan dan media,” katanya.

Dia menjelaskan, kolaborasi tersebut diwujudkan dalam Keputusan Bupati Ketapang pada susunan kepanitian dan pembiayaan kegiatan napak tilas itu sendiri dan upaya untuk closing the gap dari pelaksanaan SDGs di Kabupaten Ketapang. “Nama napak tilas yang digunakan dalam perhelatan akbar ini sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan Pemerintah Kabupaten Ketapang untuk mengenang kembali peristiwa perang Tumbang Titi atau lebih dikenal sebagai Perang Kedang tahun 1914,” jelasnya.

“Ini sebagai motivasi bagi generasi muda untuk melanjutkan pembangunan Ketapang maju menuju masyarakat sejahtera. Napak Tilas peristiwa sejarah Perang Tumbang Titi tahun 1914x bukan persoalan siapa yang benar dan siapa yang salah, tetapi lebih kepada penghormatan jati diri dan prinsif-prinsif hidup masyarakat Tumbang Titi dalam melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan dalam kebijakan politik pada masa itu,” lanjutnya.

Menurutnya, Perang Tumbang Titi merupakan pelajaran berharga bagi semua dan generasi berikutnya, bahwa perang atau tindakan kekerasan yang sampai hari ini terus terjadi di seluruh dunia bukan cara terbaik dalam menyelesaikan konflik sosial dan telah merusak peradaban umat manusia.

“Harapan dan pesan yang ingin disampai oleh Pemerintah Kabupaten Ketapang bahwa pembangunan harus dapat meninggalkan kesan dan ingatan kepada generasi penerus tentang sejarah sosial dan warisan budaya sebagai identitas diri dari bagian peradaban dunia yang terus berubah,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Umum Forum Silaturahmi Kraton Nusantara (FSKN), Brigjen Pol A.A Mapparessa Karaeng Turikale IIIV, mengapreasiasi kegiatan ini. Menurutnya, opera satu jam menunjukkkan kecintaan masyarakat Ketapang pada pendahulunya. “Ini apreasiasi kami dari Forum Silaturahmi Kraton Nusantaro yang masih tergabung sekitar 140-an kerajaan,“ ucapnya.

Menurutnya, luar biasa penghayatan anak miliniel pada pertunjukan pada sejarah. Hal ini juga disebutkannya menjadi sebuah catatan kepada tim MURI. Bahwa Ketapang ini juga menampilkan opera yang luar biasa. “Bukan saja makan saprahan 6.500 orang, bukan saja tari kolosal 6.500 orang, tapi opera ini luar biasa pak. Biasanya opera 40 menit. Ini 1 jam 20 menit. Luar biasa,” ucapnya.

Dia meminta tolong kepada koreografer agar ilmu ini ditularkan pada generasi muda yang ikut main opera. “Jadi saya katakan Ketapang adalah mercusuar nusantara. Saat ini tidak mudah menghimpun anak muda yang setiap menit, setiap saat pegang handphone. Tapi penghayatan pada sejarah perjuangan bangsa, khususnya pendahulu di Ketapang, luar biasa,” pungkasnya. (*)

Berita Terkait