Danrem 121/ABW Ajak Masyarakat Lestarikan Ekosistem Sungai Pawan

Danrem 121/ABW, Brigjend TNI Ronny, S.A.P saat Melepas Bibit Udang dan Ikan di Aliran Sungai Pawan.

KETAPANG, MENITNEWS.id – Danrem 121/ABW Brigjend TNI Ronny, S.A.P melepas bibit udang dan ikan di Sungai Pawan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar). Langkah tersebut dimaksudkan untuk menjaga kelestarian udang dan ikan di sungai tersebut.

Pada kesempatan pelepasan tersebut ia didampingi Ketua Persit Kartika Candra Kirana Koorcab Rem PD XII/Tanjungpura Ny Rissa Ronny, Ketua Pemancing Sungai Pawan – Pemerhati Daerah Aliran Sungai (PSA – PEDAS), Heri Susanto, Dandim 1203 Ketapang, Letkol (Kav) Jamian dan Kasi Pers Korem 121/ Abw Kolonel Inf Abdurrahman, Minggu (17/5/2020) lalu.

Brigjen TNI Ronny , S.A.P mengimbau masyarakat dan semua komponen untuk menjaga kelestarian udang dan ikan di Sungai Pawan. Menurutnyanya udang dan ikan di sungai ini sangat spesifik dan khas.

“Jika tidak kita yang memelihara, siapa lagi,” ungkap putra kelahiran Kabupaten Ketapang tersebut.

Ia melanjutkan, dengan melestarikan udang dan ikan bukan berarti masyarakat dilarang untuk menangkapnya, hanya saja cara menangkapnya harus benar seperti dipancing bukan lainnya yang malah merusak dan membunuh ekosistem yang ada.

“Ini agar kelak anak cucu kita bisa juga menikmatinya dikemudian hari. Tidak hanya tinggal cerita untuk mereka,” terangnya.

Ia juga meminta organisasi masyarakat seperti PSP-PEDAS yang memiliki hobi memancing di Sungai Pawan untuk dapat terus membantu memelihara dan menjaga daerah aliran Sungai Pawan dari perusakan habitat fauna dan flora.

“Serta seluruh elemen yang ada juga sama-sama menjaga kelestarian sungai pawan beserta isinya,” ajaknya.

Selain melakukan kegiatan tersebut, ia juga menyempatkan berkunjung ke beberapa lokasi diantaranya berkunjung ke Monumen Tugu Rahadi Oesman, Ketapang, yang merupakan teman seperjuangan kakeknya saat melawan penjajah Jepang di Desa Sei Besar Kecamatan Matan Hilir Selatan Kabupaten Ketapang.

Monumen Tugu Rahadi Oesman dibangun untuk mengingatkan anak bangsa, di lokasi tersebut pernah terjadi pertempuran besar antara pejuang di Sei Besar melawan Belanda yang ingin kembali menjajah dengan membonceng NICA (Sekutu). Banyak pejuang yang gugur di sana.

“Sayangnya pejuang-pejuang dari Sei Besar yang gugur tidak tercatat dalam daftar nama pahlawan di monumen tersebut. Kita berharap pemerintah daerah dapat menuliskan peristiwa pertempuran di Sei Besar Ketapang di monumen ini sebagai pelajaran dan kisah perjuangan heroik masyarakat Ketapang bahkan Kalbar dalam melawan penjajahan,” harapnya.

Ia juga sempat bernostalgia tentang masa kecilnya di Ketapang, yang mana dirinya
menyelesaikan pendidikan SD dan SMP di Ketapang sedangkan pendidikan SMA ia sekolah di Pontianak.

“Selepas itu, saya masuk Akmil, dan lulus tahun 1987. Selesai pendidikan Akmil, negara menugaskannya berada di medan tugas yang berbeda. Ia harus meninggalkan Kalimantan. Bertugas dari satu wilayah ke wilayah lain. Dan kini saya dapat amanah tugas di kampung halaman. Mohon doa dan dukungannya agar amanah ini dapat saya tunaikan sebaik-baiknya,” tukasnya. (tb)

Berita Terkait