Kejuaraan Menyumpit Patih Jaga Pati 2025 Bergulir

Teks foto
MENYUMPIT : Bupati Ketapang, Alexander Wilyo, ikut menyumpit pada kejuaraan menyumpit, Jumat (15/8) sore.

KETAPANG, MENITNEWS.id – Kejuaraan Menyumpit Patih Jaga Pati Cup 2025, kembali bergulir. Kejuaraan yang dipusatkan di halaman Kepatihan Jaga Pati ini dibuka langsung oleh Bupati Ketapang, Alexander Wilyo, Jumat (15/8) sore.

Acara ini menjadi bagian dari rangkaian Gebyar HUT ke-80 RI yang berlangsung 15–17 Agustus 2025, mengangkat semangat pelestarian warisan budaya leluhur bangsa.

Alex yang bergelar Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh, mengatakan sumpit merupakan senjata tradisional khas masyarakat Dayak yang secara historis dipergunakan untuk berburu dan berperang.

Dia menjelaskan, kejuaraan ini bukan hanya sebagai ajang olahraga tradisional, tetapi sebagai panggung menjaga identitas dan kebanggaan budaya. “Sumpit adalah senjata tradisional bangsa kita. Jika tidak kita lestarikan, ia akan tinggal cerita. Tradisi ini harus dipertahankan karena menyimpan kearifan lokal yang luar biasa,” kata Alex.

Patih Jaga Pati adalah gelar kerajaan adat yang menjadi simbol persatuan dan penghormatan terhadap warisan leluhur. Gelar ini diakui oleh masyarakat Dayak lintas agama, mulai Islam, Kristen, Katolik, Buddha, hingga kepercayaan lokal, diakui dan mendapat dukungan penuh dari Dewan Adat Dayak (DAD), para tokoh adat, para domong mantir (pemangku adat Dayak) di seluruh wilayah adat Laman Sembilan Domong Sepuluh, dan seluruh masyarakat adat Dayak, serta masyarakat luas.

“Tugasnya bukan berpolitik, melainkan menjaga, memelihara, dan menegakkan adat, budaya, serta tradisi leluhur. Sepanjang berkaitan dengan budaya dan adat bangsa kita, akan saya perhatikan, saya bela, dan saya junjung tinggi. Tidak hanya budaya Dayak, tetapi seluruh adat budaya bangsa Indonesia,” tegasnya.

Kejuaraan menyumpit Patih Jaga Pati Cup menjadi wujud nyata dari semangat itu. Sumpit, yang secara historis digunakan untuk berburu dan berperang, kini tampil sebagai simbol persatuan, sportivitas, dan kebanggaan budaya.

“Dari tiupan sumpit yang meluncurkan anak panah kayu, tersemat pesan bahwa kekuatan budaya ada pada napas kebersamaan, bukan perpecahan,” ujar Alex.

Dia menegaskan, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati budayanya sendiri. “Lebih baik kita menjunjung budaya asli bangsa kita, daripada terlalu mengagungkan budaya luar,” tegasnya.

Patih Jaga Pati Cup juga menjadi wadah menghidupkan kembali permainan rakyat yang mulai ditinggalkan, seperti gaplek, remibox, tarik tambang, balap karung dan catur, yang kini tergeser oleh permainan modern berbasis telepon pintar.

“Antusiasme masyarakat pada pembukaan ini membuktikan bahwa tradisi kita yang guyub, rukun, dan penuh kekeluargaan masih terjaga,” paparnya.

Tahun ini, Patih Jaga Pati Cup mempertandingkan berbagai cabang lomba. Di antaranya sumpit anak, dewasa, dan beregu, sebagai ikon utama, catur dewasa dan junior, gaplek dan remibox, karaoke lagu nasional usia 18–30 tahun, panjat pinang putra dan putri, tarik tambang campuran, balap karung dan makan kerupuk untuk anak SD. (*)

Berita Terkait