Jadikan Balai Kepatihan Tempat Pelestarian Seni dan Budaya

teks foto
RESMIKAN : Bupati Ketapang, Martin Rantan, menghadiri rangkaian peresmian Balai Kepatihan Jaga Pati di Gang Kelapa Gading, Kelurahan Sukaharja, Kecamatan Delta Pawan, Sabtu (4/5).

KETAPANG, MENITNEWS.id – Bupati Ketapang, Martin Rantan, menghadiri rangkaian peresmian Balai Kepatihan Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh, di Gang Kelapa Gading, Kelurahan Sukaharja, Kecamatan Delta Pawan, Sabtu (4/5). Acara ini dihadiri ribuan tamu undangan dari berbagai etnis dengan mengenakan pakaian adat masing-masing.

Pada kesempatan ini juga dirangkai dengan peluncuran buku Sumpah Kedaulatan Dayak yang ditandai dengan penyerahan buku dari penerbit Lembaga Literasi Dayak kepada penulis. Selanjutnya buku diserahkan kepada Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua, Alexander Wilyo.

Bupati Ketapang, Martin Rantan, mengucapkan selamat kepada Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh atas dilaksanakannya ritual adat Menaiki Tumah Bosar Jurong Tinggi Balai Kepatihan Jaga Pati.

Martin mengatakan, pembangunan Balai Kepatihan ini tentu tidak asal-asalan. Balai ini memiliki nilai arsitektur tinggi dengan setiap bagian rumah, baik interior maupun eksterior memiliki nilai seni dan filosofi tersendiri. “Balai Kepatihan ini adalah bentuk produk kebudayaan, khususnya produk arsitektur suku bangsa Dayak,” katanya.

Martin berharap balai ini dapat difungsikan untuk pelaksanaan ritual adat dan menjadi tempat bermusyawarah, serta menjadi tempat pelestarian dan pengembangan seni, tradisi dan waridan budaya daerah.

“Kita patut bersyukur karena dengan kemajemukan etnis dan budaya di Ketapang ini membuat daerah ini menyimpan potensi kekayaan budaya multi etnis yang merupakan aset yang tak ternilai harganya. Kemajemukan dan keberagaman ini patut kita jaga agar Ketapang dapat terus berkembang dengan aman, damai dan tentram,” ungkapnya.

“Saya juga mengapresiasi langkah-langkah yang dibuat oleh Patih Jaga Pati yang tetap konsisten melaksanakan ritual adat dan menfasilitasi pelestarian seni dengan mendirikan Sanggar Kepatihan dalam upaya menjaga dan mengembangkan seni dan budaya di Ketapang, khususnya adat tradisi dan budaya Dayak tidak punah ditelan zaman,” pungkasnya.

Patih Jaga Pati, Alexander Wilyo, yang juga merupakan Sekda Ketapang, mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang hadir dalam acara tersebut. “Kami sangat bersyukur seluruh rangkaian acara dari tanggal 2 hingga hari ini (4 Mei), semuanya berjalan lancar. Masyarakat yang hadir pada hari ini juga berasal dari berbagai etnis,” kata Alex.

Alex menjelaskan, balai kepatihan atau rumah agung jurong tinggi ini merupakan sebuah implementasi dari menjaga dan merawat adat dan tradisi, khususnya Dayak. “Saya dinobatkan sebagai Patih Jaga Pati untuk menjaga dan merawat adat dan budaya tradisi. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menjaga adat dan budaya sampai kapanpun,” ajak Alex.

Tidak hanya ada dan budaya serta tradisi Dayak saja, Alex juga mengajak kepada semua pihak dan semua etnis yang ada di Ketapang untuk menjaga dan merawat serta melestarikan adat dan budaya dari masing-masing etnis. “Tidak ada salahnya kita bersatu dan bangga dengan adat dan budaya serta tradisi,” ucapnya.

Dia menegaskan, terselenggaranya kegiatan ini berkat kerja sama dari semua pihak. Oleh karena itu, dia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan menyukseskan seluruh rangkaian yang digelar 2-4 Mei.

Alex juga mengucapkan terima kasih kepada penulis buku yang bersedia menulis buku ini. Dengan adanya buku ini diharapkan masyarakat semakin sadar untuk terus melestarikan adat, budaya dan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang. “Mari kita bersama-sama berdaulat secara budaya, tidak malu dan bangga dengan budaya di mana pun berada,” paparnya.

Peresmian balai kepatihan ini mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. “Balai kepatihan ini adalah miniatur dari Kerajaan Hulu Aik. Dengan diresmikannya balai ini bisa menjadi salah satu upaya untuk melestarikan adat dan budaya,” kata Ketua Majelis Adat Budaya Tionghoa (MABT) Ketapang, Susilo Aheng.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Paguyuban Jawa Ketapang, Achmad Sholeh. Dia sangat mengapresiasi kepada Sekda Ketapang yang menginisiasi kegiatan sekaligus meresmikan balai kepatihan ini. “Dengan adanya balai ini dapat menjadi simbol kerukunan antarsuku dan umat di Kabupaten Ketapang,” ucapnya.

Ketua Ikatan Keluarga Besar Madura (IKBM) Ketapang, Mathoji, juga ikut memberikan apresiasi. “Semoga ini menjadi rumah silaturrahmi, baik sesama etnis maupun antaretnis di Ketapang. Kedepan direncanakan semua etnis bisa berkumpul dan berdiskusi di balai ini, minimal sebulan sekali untuk membahas kemajuan Ketapang,” paparnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Ketapang, Heronimus Tanam, mengatakan dengan adanya balai kepatihan ini diharapkan bisa menjadi salah satu wadah untuk bersilaturrahmi dan menyatukan etnis untuk kemajuan Ketapang. “Dengan adanya acara ini merupakan komitmen untuk menyatukan seluruh etnis di Ketapang untuk bersatu,” paparnya.

Pj Ketua Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Ketapang, Syawaldi, juga mengapresiasi terhadap diresmikannya balai kepatihan ini. “Kami yakin ini bukan kebetulan, ini adalah kebutuhan kita semua. Ini adalah komitmen kita bersama untuk menjaga kerukunan antaretnis dan antarumat beragama di Ketapang,” paparnya. (*)

Berita Terkait