Farhan Ajak Generasi Muda Maknai Semangat Juang Pendahulu

teks foto
PIMPIN UPACARA : Wabup Ketapang, Farhan, memimpin upacara peringatan Hari Berkabung Daerah Provinsi Kalimantan Barat di halaman Kantor Bupati Ketapang, Rabu (28/8).

KETAPANG, MENITNEWS.id – Wakil Bupati Ketapang, Farhan, menjadi inspektur upacara peringatan Hari Berkabung Daerah Provinsi Kalimantan Barat di halaman Kantor Bupati Ketapang, Rabu (28/8). Upacara ini digelar untuk mengenang peristiwa pembunuhan besar-besaran oleh tentara Jepang terhadap tokoh masyarakat, pemuka masyarakat, kaum cendikiawan dan para pejuang pada 28 Rokugatsu 2604 atau 28 Juni 1944.

Dari pemberitaan yang dimuat dalam Surat Kabar jepang Borneo Shinbun hari Sabtu 1 Sigatsu 2604 atau 1 Juli 1944, disebutkan sebanyak 21.037 jiwa korban pembunuhan massal yang dikuburkan di 10 Makam Juang Mandor, yang sekarang terdapat di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak.

Pada tahun 2007, Pemprov Kalbar mengeluarkan Perda Nomor 5 tentang Peristiwa Mandor, yaitu menjadikan 28 Juni sebagai Hari Berkabung Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan Makam Juang Mandor menjadi Monumen Daerah.

Dalam kesempatan tersebut, Farhan, mengucapkan terima kasih dan bangga kepada peserta upacara yang hadir banyak dari kalangan anak muda. “Saya berharap anak-anak muda untuk tetap menghormati dan menghargai para pejuang terdahulu atas kekejaman Jepang, khususnya kepada pejuang masyarakat Kalimantan Barat,” kata Farhan.

Dia berharap kepada anak-anak muda Kalimantan Barat, termasuk di Ketapang, untuk dapat memaknai nilai semangat tersebut serta mengimplementasikan dalam berkarya membangun daerah secara keseluruhan untuk Negara Republik Indonesia.

Selain itu, nilai kebersamaan pejuang terdahulu juga penting untuk dipetik. Kemajemukan perbedaan menjadi kekuatan besar dengan saling mencintai, menghargai, menghormati satu sama lain. “Saat berjuang dulu 1942 sampai dengan 1944 tidak mengenal perbedaan, semua adalah anak bangsa Indonesia, anak Kalimantan Barat untuk berjuang membebaskan diri dari penjajahan Jepang maupun Belanda,” ungkapnya.

Dia menilai perbedaan itu menjadi sebuah kekuatan besar dan saling mencintai satu dengan yang lain, menghargai satu dengan yang lain, menghormati satu dengan yang lain. “Kita adalah satu yaitu anak Kalimantan Barat dan anak bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia,” pungkasnya. (*)

Berita Terkait